Selasa, 18 Maret 2014

Menunggu ANTOLOGI RASA


Jarang baca buku adalah awal ke-norak-an seseorang jika nemu cover buku aneh -  penasaran - ga penting isi yang penting gaya - beli deh. 

1000 % tidak menyesal beli buku antologi rasanya ika natassa. ceritanya satu tapi rasa , khayalan tiap chapternya, tebak-tebakkan soal ending dan alurnya suka banget. Buat orang jarang baca buku kayak aku, bahasa di buku ini bebas banget. Kita berasa lagi dicurhatin oleh si tokoh utama. Ya kayak curhat antar best friend deh , no sensor gitu haha.

Menurut aku bagaimana buku itu sangat kita sukai bukan sesering apa kita membacanya tapi seberapa ingin kita melihat buku itu divisualisasikan. ciah ajib. suka suka kita sih gimana caranya menilai buku itu bagus atau jelek bukan jelek deng tapi kurang menarik. 

hal pentingnya antologi rasa mau difilmin. Soraya film lagi. 

Selalu ada nilai lebih pada suatu buku yang difilmkan. Mau bukunya biografi atau dari pengalaman aja atau true story atau fantasi. Kayak makan burger tuh extra keju sama telor (indonesia fusion).



cover yang lama begini sekarangsih udah ganti cover katanya
Semoga filmnya semenarik bukunya 
xoxo


Rabu, 29 Januari 2014

:)


Tiap kata yang terucap tak ada lagi makna dihati
Tiap rasa yang tersirat sesungguhnya hanya fana
Tiap keinginan yang hampir terungkap hanya sebuah khayalan
Tiap harapan yang mulai muncul tertutup kenyataan besar

Aku berkata pada sepi bagaimana ini bisa terjadi
Sepi berbisik ini kesalahanku ini semua pilihanku
Entah apa yang ku pikirkan ketika mulai berharap
Andai kau kembali
Andai kau seperti pangeran di film kartun yang selalu kusuka
Andai kau menyesal
Dan andai aku dulu tak begitu
Aku yang terlalu naif
Aku yang egois
Aku yang tak pernah bisa mengerti keadaan mu


Kusalahkan usia
Terlalu muda untuk menjadi dewasa
Tapi aku ingin membentak mu
Kenapa kau menyerah dengan sebuah cobaan itu?
Karna kau tak mau lagi?
Karna kau tak ingin lagi?
Atau kau juga sama seperti ku? Salahkan usia

Kini kau sudah ingin memulai dengan yang lain
Yang kau lirik parasnya
Kau khayal senyumnya
Kau rindu tingkahnya
Kau puja sifatnya

Kau sudah berjalan
Aku menunggu
Mungkin aku butuh dinding agar bisa membenturkan kebodohanku
Atau aku hanya perlu melihat engkau bahagia dengan yang lain
Agar aku juga bisa berjalan sepertimu

Rabu, 15 Januari 2014

Hopeness


Aku memulai lagi perilaku itu. Berkata pada cermin membenci diriku. Menatap asa di langit-langit kamar seolah aku sangat bisa mencapainya.

lelah terasa tiap saat itu datang, aku seperti menjadi orang lain. seseorang yang tidak tentu arah lalu aku tersadar dan kembali lagi ke arah yang menurutku sangat benar.

mengulang hal hal tersebut hingga aku merasa aku membutuhkan orang lain untuk ku bagi hal ini. agar ia sanggup mencari cara terbaik untuk menjadikan ku seorang dewasa.

khayalan ku semakin nyata tentang orang itu. sudah dapat kurasakan namun tak beraniku untuk menyampaikannya.

karena tahu malu aku hanya bisa menunggu sebuah keajaiban kata "kalau jodoh tak lari kemana" tapi apakah hal yang kuyakini ini benar? bahwa memang harus dia yang memberikan ku sesuatu agar aku menjadi seorang dewasa?